Mengenai Saya

Foto saya
Apabila anda ingin konsultasi mengenai kesehatan,gizi klinik,kesehatan olahraga silahkan kirimkan pertanyaan dan data anda ke email : falat.shofiudin@gmail.com.Misalkan anda ingin konsultasi masalah penurunan berat badan,pengaturan makanan untuk penderita diabetes dllnya.InsyaAllah akan kami balas.

Arsip Blog

Pelanggan

Sabtu, 27 Desember 2008

MENGGALI MAKNA IBADAH KURBAN

Secara kebahasaan kurban berasal dari bahasa Arab asal katanya "Qaraba" yang artinya mendekatkan diri.Maksudnya mendekatkan diri kepada Allah dengan harta benda ,kekayaan,dengan ilmu pengetahuan,pemiiikiran,tenaga,jerih payah,wibawa,pengaruh sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam rangka taqarrub illallah (mendekatkan diri kepada Allah ).Sedangkan secara istilah kurban atau udhiyah adalah menyembelih binatang ternak (bahimatul anam)yang halal  untuk beribadah kepada Allah dengan memperhatikan syarat-syarat tertentu pada hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah)sampai pada hari raya tasyrik (11,12,dan 13 Zulhijjah)

Hikmah Ibadah Kurban

Di dalam Islam ibadah apapun muara akhirnya selalu pada hikmah dan kemaslahatan baik secara pribadi maupun jamaah.Hikmah pada umumnya tersembunyi,sedang maslahat kebanyakan ditampakkan.Demikian juga dengan perintah berkurban.Hikmah yang terkandung di dalam doktrin kurban tentu tidak terbilang adanya.Perbedaan situasi,kondisi,pemahaman dan kualitas intelektual serta tingkat keimanan dan kesadaran seseorang akan memberikan variasi pengungkapan hikmah yang terkandung di dalamnya.Orang yang berjiwa takatsur (menumpuk harta)niscaya akan mengalami kesulitan menagkap makna tersebut,apalagi diajak untuk bekurban.Mengapa demikian,karena kurban adalah ibadah Maliyah (harta)dan pada umumnya kecintaan orang pada harta sangat tinggi.Bila kita digali nilai-nilai kemaslahatan atau hikmah dari ibadah kurban,maka kita akan mendapat hikmah antara lain:

Pertama,Qurban menjadi bukti bahwa orang yang berkurban taat kepada Allah dan Rasulnya,apalagi dalam pengurbanan harta banyak orang yang merasa keberatan,karena sering kali manusia didominasi oleh rasa cinta kepada harta sehingga karena kecintaannya itu ia menjadi bakhil.Hal ini di gambarkan oleh Allah dalam surah Al-Diyat:8."Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta".Apabila dominasi kecintaan kepada harta dapat diatasi,maka seseorang akan termasuk dalam kelompok orang-orang yang beruntung.Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menyadari bahwa harta hanya merupakan titipan dan amanah dari Allah yang akan dipertanggung jawaban dihadapanNya kelak.Harta juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kita kepada-Nya.Jika kita menyadari hal yang demikian maka insya Allah,kita tidak akan menjadi orang yang bakhil.Allah SWT berfirman dalam surat At-Taghabun:16)yang artinya:"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu.Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Kedua,orang yaang berkurban akan mendapat pahala yang amat besar,yaitu sebanyak bulu-bulu dari binatang yang disembelih.Ini bukan berarti bulu-bulu itu harus dihitung berapa banyaknya,ini hanya merupakan gambaran banyaknya pahala yang akan diperoleh oleh orang yang berkurban sebagaimana sabda Rasulullah SAW :"Pada tiap-tiap lembar bulunya kita mendapatkan satu kebajikan"(HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Ketiga,akan memperkokoh hubungan seorang hamba dengan dengan Sang Khalik. Sebagaimana arti kurban itu sendiri berasal dari kata qaraba yang berarti dekat, dan ibadah qurban berarti ibadah yang dapat mendekatkan seorang muslim kepada Allah. Taqarruf ilallah terasa amat penting, mengingat begitu banyak godaan dan tipuan serta kemaksiatan dan kemungkaran sekarang ini.Orang yang dekat dengan Allah akan terhindar dari hal-hal yang demikian,karena ia sadar bahwa sekecil apapun kemaksiatan dan kemungkaran yang ia lakukan akan diketahui oleh Allah.

Keempat,pelaksanaan kurban juga akan memperkokoh rasa kebersamaan,rasa solidaritas antara sesama muslim.Perubahan besar yang terjadi di tengah tengah kehidupan kita yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi memberi dampak yang positif.Namun di sisi lain memberikan pengaruh pada cara hidup di tengah tengah masyarakat.Betapa tidak, dengan tingkat persaingan hidup yang makin keras,menuntut orang berlomba lomba untuk dapat bertahan hidup ditengah tengah persainagan tersebut.Muncul kecenderungan pola hidup yang materialis dan individualis,hidup nafsi nafsi.Ketika hidup sudah nafsi nafsi,maka akan menyebabkan munculnya berbagai kesenjangan dalam masyarakat,antara the have dengan the have not,yang senang dengan yang menderita.Dalam sekala makro,begitu banyak masalah yang dihadapi dunia Islam saat ini yang belum dapat diatasi karena kurangnya rasa solidaritas sesama muslim seperti kemiskinan dan keterbelakangan.Perintah berkurban merupakan media pendidikan bagi kita agar memiliki kepedulian pada orang lain.Rasullullah mengingatkan kepada kita melalui hadisnya :"Tegaknya dunia karena empat hal yakni adilnya para penguasa,ilmunya para ulama,kedermawanan para agniya (orang kaya),dan doa orang orang miskin".

Kelima,Kurban juga mendidik kita untuk menjadi hambaNya yang pandai bersukur.Syukur kepada Allah seharusnya menjadi bagian dari ciri hidup seorang muslim yang beriman.Hal ini perlu disadari,karena pada dasarnya Allah telah memberi kita nikmat yang tak terhitung jumlahnya,dan apa saja yang kita miliki merupakan bentuk dari kasih sayang Allah kepada kita yang patut untuk disyukuri.Salah satu cara mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menggunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak sang pemberi nikmat yaitu Allah antara lain dengan kesediaan untuk berkurban pada hari raya Idul Adha.Allah berfirman dalam Surat AlKautsar ayat 1-3 :"Sesungguhnya kami telah memberikan kepada engkau dengan nikmat yang banyak.Maka dirikanlah sholat untuk tuhanmu dan berkurbanlah.Sesungguhnya orang orang yang membenci kamu dialah yang terputus".Ini pulalah yang menjadi sebab,mengapa orang yang mempunyai kemampuan tetapi tidak mau berkurban diancam Rasul dengan tidak mendekati tempat Sholat (masjid) sebagai mana sabdanya :"Barangsiapa mempunyai kemampuan tetapi tidak berkurban,maka janganlah ia menghampiri tempat sholat kami" (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Keenam,ibadah kurban juga menjadi penyambung ikatan kesejarahan dengan peletak dasar aqidah Islamiah yaitu Nabi Ibrahim dan Nabi Musa.

Ketujuh,salah satu esensi nilai ibadah kurban adalah mendidik kita agar memiliki kesiapan untuk mengorbankan apapun dan siapapun yang paling kita cintai dalam kehidupan dunia ini,apabila diminta Allah,sebagai mana Nabi Ibrahim yang mencintai Ismail anak satu satunya,yang siap untuk mengorbankan demi memenuhi perintah Allah SWT.Hal ini menjadi ibarat bagi setiap pribadi muslim,yang dalam situasi dan kondisi tertentu akan bermunculan Ibrahim Ibrahim dan Ismail Ismail lain  dalam ujud serta tekad yang sama.

Meluruskan Pemahaman Yang Keliru

Terkadang sering kita mendapatkan persepsi dalam masyarakat kita,ketika mereka diajak untuk berkurban mereka mengatakan bahwa : Kami sudah berkusban tahun lewat.Padahal ia tergolong orang yang mampu.Atau ketika diajak untuk patungan berkurban mereka tidak mau,alasannya karena kelompok oarang orang yang brkurban bukan keluarganya,sehingga mereka beranggapan bahwa mreka tidak akan dapat menaiki hewan kurban diakherat nanti karena bukan muhrim.Jawaban yang pertama itu seolah olah mengindikasikan bahwa bagi mereka itu berkurban cukup satu kali.Anggapan semacam itu tentunya tidak tepat atau keliru,sebab berkurban hukumnya sunah muakkad, tetapi tidak ada batasan bahwa kita berkurban cukup sekali.Bahkan kurban dalam pengertian yang lebih luas bisa dilakukan setiap saat,dimana dan kapan saja.Dengan seringnya berkurban,justru akan lebih mendekatkan diri kita kepada Allah.

Demikian juga dengan anggapan kedua,mereka yang enggan untuk berkurban secara patungan karena kelompok kurban tersebut bukan dari kalangan keluarganya,takut kalau kalau tidak dapat menunggang hewan di akherat nanti secara bersama sama juga tidak tepat.Sebab menurut AlQur'an yang menjadi esensi melakukan kurban bukanlah pada menjadi tunggangan atau tidaknya hewan kurban di akherat.Akan tetapi dimensi ketakwaan yang akan dinilai oleh Allah.Allah berfirman:"Daging daging unta dan darahnya itu sekali kali tidak dapat mencapai(keridhaan) Allah,tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.Demikian Allah telah menunjukkanya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayahNya kepada kamu, dan berilah kabar gembira kepada orang orang yang berbuat baik"QS AlHajj ayat 37.

Demikian tulisan ini,semoga ada manfaatnya,amin.        

 

Tidak ada komentar: